Berawal dari bulan April 2015, saat saya masuk rumah sakit karena infeksi mulut. Dua gigi geraham bungsu harus dicabut melalui operasi. Sebelah kanan dan kiri.
Sedikit cerita tentang dua gigi geraham yang tercabut. Tak perlu dijelaskan bagaimana rasa sakit gigi. Setiap orang pernah merasakan sakit gigi. Bila sampai dioperasi, artinya sakit yang melebihi sakit gigi biasa. Penyebab kenapa sampai dioperasi, karena gusi tidak menyesuaikan dengan gigi geraham bungsu yang tumbuh. Akhirnya gusi membengkak. Dari luar, pipi yang terlihat bengkak. Kata dokter infeksi.
Saat sedang sakit, saya memposting foto-foto pra operasi dan pasca operasi di Instagram (Instagram.com/iam_irkham). Yang terpikir pada saat itu adalah, menyampaikan kabar dan informasi tentang saya akan dioperasi dan sudahdioperasi.
Setiap foto saya beri caption berisi kata-kata membentuk kalimat yang melebihi sisi foto Instagram. Kata-kata yang sangat panjang. Saya pikir mungkin banyak pengikut saya yang jengkel dengan caption yang seperti itu. Atau mereka sangat jengkel dengan saya memposting foto-foto pra dan pasca operasi. Mereka pikir : Lebay. Atau semacamnya.
Ya. Saya berpikir seperti itu. Kenapa? Karena saya ditegur oleh teman-teman dekat saya karena caption-nya (tentu dan fotonya). Saya sempat punya pikiran untuk menghapus foto-foto tersebut. Tapi saya tidak (mungkin belum) menghapusnya sampai sekarang. Paling tidak selama tulisan ini dimuat, dan di Instagram saya masih ada foto tersebut, saya masih punya pikiran : Informasi tentang jangan menyepelekan sakit gigi itu penting.
Saya tahu, yang dimaksud teman saya adalah untuk tidak terlalu berlebihan. Jangan terlalu berlebihan dalam membuat caption lebih utamanya.
Setelah satu bulan dari waktu saya ditegur, saya mencoba belajar menulis. Bukan untuk mendapat pengakuan (walau hati mengharapkan). Yang utama adalah untuk melatih dalam pemilihan kata dalam berbicara. Ya, saya mencoba dengan kebiasaan menulis menggunakan bahasa Indonesia. Saya orang yang kurang percaya diri ketika harus berbicara. Terkadang saya salah memilih kata. Penggunaan bahasa sehari-hari dengan bahasa Indonesia sering tercampur ketika saya harus berbicara. Kalau orang ngapak menyebutnya "keceplosan". Saya ingin belajar menulis walau sangat jarang membaca dan menulis.
Setelah satu bulan dari waktu saya ditegur, saya mencoba belajar menulis. Bukan untuk mendapat pengakuan (walau hati mengharapkan). Yang utama adalah untuk melatih dalam pemilihan kata dalam berbicara. Ya, saya mencoba dengan kebiasaan menulis menggunakan bahasa Indonesia. Saya orang yang kurang percaya diri ketika harus berbicara. Terkadang saya salah memilih kata. Penggunaan bahasa sehari-hari dengan bahasa Indonesia sering tercampur ketika saya harus berbicara. Kalau orang ngapak menyebutnya "keceplosan". Saya ingin belajar menulis walau sangat jarang membaca dan menulis.
Ternyata dampak dari teguran dan belajar merangkai kata dan kalimat, maka saya membuat blog. Makanya, dibawah judul blog saya beri tulisan "Tidak membuatmu menambah ilmu, sure" yang saya tujukan untuk pengunjung blog. Mungkin belajar menulis bisa dilakukan tanpa membuat blog. Tapi seperti jaman sekarang, menulis digital sudah dilakukan oleh banyak orang. Dan orang bebas untuk menulis apa saja. Karena itu, saya mulai melakukannya.
Hobi baru, mungkin. Tidak ada keyakinan untuk tulisan saya layak mendapat kredit apapun. Melakukan langkah-langkah menulis sesuai yang diajarkan sewaktu SMA pun tidak. Saya orang yang kurang memandang formalitas walau saya dituntut menjadi orang yang lebih formalitas karena status mahasiswa. Skripsi yang sedang dibuat pun tulisannya awur-awuran.
Ketika saya sedang menulis untuk blog, saya berpikir, "Ini adalah kuasa Tuhan" karena saya menulis berawal dari kekosongan.
btw, kalau mau tahu foto di Instagram yang dimaksud diatas, klik ini kemudian coba cari laki-laki yang pakai baju operasi.
Hobi baru, mungkin. Tidak ada keyakinan untuk tulisan saya layak mendapat kredit apapun. Melakukan langkah-langkah menulis sesuai yang diajarkan sewaktu SMA pun tidak. Saya orang yang kurang memandang formalitas walau saya dituntut menjadi orang yang lebih formalitas karena status mahasiswa. Skripsi yang sedang dibuat pun tulisannya awur-awuran.
Ketika saya sedang menulis untuk blog, saya berpikir, "Ini adalah kuasa Tuhan" karena saya menulis berawal dari kekosongan.
btw, kalau mau tahu foto di Instagram yang dimaksud diatas, klik ini kemudian coba cari laki-laki yang pakai baju operasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar